Wednesday, June 11, 2014
Mengenal Suku Sahu di Halmahera Barat
sumber foto: jailolofest.com |
Peneliti suku Sahu, yaitu Corolus Jawa menyebutkan bahwa dulu masyarakat suku ini bernama Jio Jepung Malamo. Nama Sahu diberikan oleh Sultan Ternate, dimana pergantian nama ini bermula ketika Sangaji (utusan suku sahu) dipanggil menghadap Sultan Ternate. Sangaji datang menemui sultan bertepatan dengan waktu sahur. Sultan pun berkata dalam bahasa Ternate "Hara kane si jou sahur, jadi kane suku ngana si golo ngana jiko Sahu" yang artinya "Karena kau Sangaji datang pada saat sultan sedang makan sahur, maka dikemudian hari kau akan mendirikan daerahmu, dan namailah Sahu".
Pada zaman kesultanan Ternate, sesudah Baab Mansyur Malamo, suku Sahu dipimpin oleh seorang yang disebut Walasae. Di bawahnya Walasae ada seorang panglima yang disebut Kapita/Momole, dan disusul oleh Walangotom (prajurit yang selalu mendengar komando dalam kapita dalam hal pertahanan). Setelah itu ada Jou Ma Bela (kaum masyarakat yang ditugaskan uttuk membawa upeti kepada sultan Ternate). Setelah jou ma bela ada Guru yang ditugaskan dalam hal keagamaan dan didampingi oleh khalifa. Dan yang terakhir adalah Ngofa Repe, sebutan untuk masyarakat kampung.
source: google.com |
Dalam kehidupan sehari hari masyarakat suku Sahu memahami bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain. Hal inilah yang mendorong masyarak untuk membentuk kelompok-kelompok kerja yang disebut rion-rion. Setiap anggota kelompok ini mempunyai tujuan yang sama, seperti berkebun hingga mengolah hasil pertanian, dan membangun rumah para anggota kelompok tersebut.
Kegiatan gotong royong yang diciptakan oleh nenek moyang itu terwarisi sampai sekarang. Di lingkungan keluarga biasaya ada hubungan kerja sama sebagai tanggung jawab. Hal ini dapat dilihat dari kerjasama dalam menyiapkan upacara pernikahan anggota keluarga, upacara pamakaman, adat istiadat dalam pembagian harta, serta budaya sasadu. #AyoKeMaluku #jelajahijailolo
referensi
wikipedia.com
google.com